SekolahDasar.Online

Kamis, 14 Agustus 2025

Capaian Pembelajaran Pendidikan Pancasila: Rasional dan Tujuan

 

CP Terbaru 2025 Pendidikan Pancasila

Rasional

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, dan sistematis untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar murid secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki ilmu tentang agama dan penerapannya di masyarakat, akhlak mulia, pengendalian diri dan memahami batasan-batasan, kepribadian, kecerdasan, sopan santun, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara harus diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui pendidikan untuk membentuk warga negara yang mencintai bangsa dan negara Indonesia serta memahami perjuangan mencapai cita-cita berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pendidikan menumbuhkembangkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan murid yang akan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk mewujudkan kompetensi tersebut membutuhkan pembelajaran dan praktik baik yang menghubungkan antara murid dan lingkungan sekitar serta perlu mengaitkannya dengan pendekatan pembelajaran mendalam. Pendidikan Pancasila adalah mata pelajaran yang berisi muatan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan membentuk murid menjadi warga negara yang cerdas,

amanah, jujur, berbudi luhur dan bertanggung jawab. Pendidikan Pancasila adalah mata pelajaran yang berisi muatan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan membentuk murid menjadi warga negara yang cerdas, amanah, jujur, berbudi luhur dan bertanggung jawab. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang mewujudkan dimensi profil lulusan, diaplikasikan melalui praktik belajar kewarganegaraan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila bertujuan untuk membentuk murid yang

  1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia, lingkungan, dan negara untuk mewujudkan persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial dengan menanamkan penyadaran, keteladanan, dan pembiasaan;
  2. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi negara, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
  3. Mematuhi konstitusi dan norma yang berlaku serta menyelaraskan perwujudan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di masyarakat global;
  4. Memahami jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berbhineka dan berupaya untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, serta bersikap adil dan menghargai perbedaan SARA, status sosial-ekonomi, jenis kelamin dan penyandang disabilitas; dan
  5. Mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase C

 

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase C

Fase C (Umumnya untuk Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)

Pada akhir Fase C, murid memiliki kemampuan sebagai berikut.

3.1. Al-Qur’an Hadis

Memahami beberapa surah pendek dan ayat Al-Qur’an serta hadis tentang keragaman.

3.2. Akidah

Memahami beberapa asmaulhusna, iman kepada hari akhir, qadāʾ dan qadr.

3.3. Akhlak

Memahami akhlak terhadap Allah Swt. dengan berdoa dan bertawakal kepada-Nya, akhlak terhadap teman, tetangga, non muslim, hewan, dan tumbuhan.

3.4. Fikih

Memahami puasa sunah, zakat, infak, sedekah, hadiah, makanan dan minuman yang halal dan haram.

3.5. Sejarah Peradaban Islam

Memahami kisah Nabi Muhammad saw. periode Madinah dan khulafaurasyidin.

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase B

 

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase B

Fase B (Umumnya untuk Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)

Pada akhir Fase B, murid memiliki kemampuan sebagai berikut:

2.1. Al-Qur’an Hadis

Memahami beberapa surah pendek, ayat Al-Qur’an dan hadis tentang kewajiban salat dan menjaga hubungan baik dengan sesama.

2.2. Akidah

Memahami sifat-sifat Allah Swt., beberapa asmaulhusna, iman kepada kitab-kitab Allah Swt. dan rasul-rasul Allah Swt.

2.3. Akhlak

Memahami akhlak terhadap Allah Swt. dengan berbaik sangka kepada-Nya, akhlak terhadap orang tua, keluarga, dan pendidik.

2.4. Fikih

Memahami puasa, salat jumat dan salat sunah, balig dan tanggung jawab yang menyertainya (taklīf).

2.5. Sejarah Peradaban Islam

Memahami kisah Nabi Muhammad saw. sebelum dan sesudah menjadi rasul periode Makkah.

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase A

Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Fase A

Fase A (Umumnya untuk Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)

Pada akhir Fase A, murid memiliki kemampuan sebagai berikut:

1.1. Al-Qur’an Hadis

Memahami huruf hijaiah berharakat, huruf hijaiah bersambung, Surah al-Fātiḥah, beberapa surah pendek Al-Qur’an, dan hadis tentang kebersihan.

1.2. Akidah

Memahami rukun iman, iman kepada Allah Swt., beberapa asmaulhusna, dan iman kepada malaikat.

1.3. Akhlak

Memahami akhlak terhadap Allah Swt. dengan menyucikan dan memuji-Nya dan akhlak terhadap diri sendiri.

1.4. Fikih

Memahami rukun Islam, syahadatain, tata cara bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir, dan berdoa setelah salat.

1.5. Sejarah Peradaban Islam

Memahami kisah beberapa nabi dan rasul.

Selasa, 12 Agustus 2025

Karakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

 

CP Terbaru 2025 PAI

Karakteristik

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai satu kesatuan sistem pembelajaran bertujuan untuk membangun dan mengembangkan murid menjadi hamba Allah Swt. yang berakhlak mulia berdasarkan pemahaman yang benar dari bangunan ilmu yang terdiri atas Al-Qur’an Hadis, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban Islam.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen yang meliputi (1) Al-Qur’an Hadis, (2) akidah, (3) akhlak, (4) fikih, dan (5) sejarah peradaban Islam.
Elemen dan deskripsi elemen mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut.

Al-Qur’an Hadis

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menekankan pemahaman Al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan kontekstual yang teraktualisasikan sebagai nilai kehidupan.

Akidah

Akidah berkaitan dengan prinsip keyakinan yang akan mengantarkan murid dalam memahami iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, nabi dan rasul, hari akhir serta qadā’ dan qadr. Keimanan ini menjadi landasan dalam melakukan amal saleh dan berakhlak mulia.

Akhlak

Akhlak merupakan buah dari iman dan ilmu yang mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Akhlak juga menjadi ukuran kesempurnaan manusia dalam kehidupan pribadi dan sosial. Elemen akhlak dikelompokkan dalam perilaku baik (maḥmūdah) dan perilaku tercela (mażmūmah). Pemahaman ini dapat mendorong murid untuk berusaha memilih dan melatih diri (riyāḍah), disiplin (tahżīb), dan upaya sungguh-sungguh dalam mengendalikan diri (mujāhadah) supaya berperilaku baik terhadap Allah Swt., diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam.

Fikih

Fikih merupakan interpretasi atas syariat yang memberikan pemahaman tentang hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf yang mencakup hubungan kepada Allah Swt. dan sesama manusia.
Sejarah Peradaban Islam
Sejarah Peradaban Islam menekankan pada kemampuan memahami sejarah untuk menjadi ibrah, teladan, dan inspirasi generasi penerus bangsa dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam membangun peradaban.

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti; Rasional dan Tujuan

CP Terbaru 2025
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan moral peserta didik sejak dini. Melalui mata pelajaran ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang nilai-nilai keagamaan, tetapi juga belajar menginternalisasi sikap dan perilaku yang berlandaskan pada budi pekerti luhur. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, penetapan Capaian Pembelajaran (CP) menjadi hal yang krusial untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat mencapai kompetensi spiritual, sosial, dan moral yang diharapkan.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai Capaian Pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, sebagai panduan bagi guru, orang tua, dan stakeholder pendidikan lainnya untuk memahami tujuan, standar, dan indikator keberhasilan pembelajaran. Dengan pemahaman yang tepat, diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan mampu menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.

Rasional
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan murid dalam mengamalkan ajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam Kurikulum sebagai perwujudan unsur pokok agama (iman, Islam, dan ihsan). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diarahkan untuk menyiapkan murid agar memiliki pemahaman dan menerapkan dasar-dasar agama Islam pada kehidupan sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, meliputi (1) kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanīfiyyah); (2) akhlak mulia (makārim al-akhlāq); (3) sikap toleransi (al-samḥah); dan (4) kasih sayang untuk alam semesta (raḥmat li al-ālamīn). Keempat hal tersebut tergambarkan melalui elemen Al-Qur’an Hadis, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban Islam.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menjadi pedoman bagi murid dalam melaksanakan ajaran Islam dan menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, murid mampu menghadapi tantangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengoptimalkan potensi dirinya.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup hubungan manusia dengan Allah Swt. (ḥabl min Allāh), sesama manusia (ḥabl min al-nās), dan lingkungan alam (ḥabl min al-ālam). Untuk itu, perlu pendekatan beragam yang berpihak pada murid.
Muatan materi pada Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdiri atas lima elemen, yaitu Al-Qur’an Hadis, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban Islam. Melalui muatan materi tersebut, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat berkontribusi dan menguatkan terbentuknya dimensi profil lulusan.

Tujuan
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bertujuan untuk membimbing murid agar:
  1. beriman, bertakwa kepada Allah Swt., dan berakhlak mulia;
  2. menjadi pribadi yang memahami dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akidah berdasar ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah, syariat, akhlak mulia, dan perkembangan sejarah peradaban Islam;
  3. mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berpikir sehingga dapat menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan dengan benar, tepat, dan arif;
  4. mampu bernalar kritis dalam menganalisis perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat (wasaṭiyyah);
  5. menyayangi lingkungan alam dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi; dan
  6. menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan sehingga dapat menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan seagama (ukhuwwah Islāmiyyah), dan persaudaraan setanah air (ukhuwwah waṭaniyyah)

Sabtu, 09 Agustus 2025

Tanggapan Guru: Gaji Guru Kecil, Apakah Harus Ditanggung Masyarakat?

Gaji Guru Kecil: Apakah Negara Harus Mundur dari Tanggung Jawab?

Oleh: Dendi Suparman

Gaji Guru Kecil


Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani baru-baru ini kembali menggema di ruang publik. Dalam forum resmi, beliau menyinggung kecilnya gaji guru dan dosen, lalu melontarkan pertanyaan terbuka yang mengundang renungan: "Apakah semua harus dari uang negara? Atau ada partisipasi masyarakat?"

Sebagai seorang guru sekaligus pegawai negeri sipil, saya terdiam sejenak. Bukan karena tersinggung, melainkan karena tersentak. Sebuah pertanyaan sederhana, namun menyentuh dasar pemahaman kita tentang siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa.

Guru Bukan Sekadar Profesi, Tapi Pilar Peradaban

Kita tahu, pendidikan bukan sekadar soal bangku dan papan tulis. Pendidikan adalah jalan panjang membentuk karakter, membangun daya pikir, dan membentuk arah bangsa. Dan guru—bersama dosen—adalah ujung tombaknya. Jika pilar ini goyah, maka bangunan masa depan ikut berguncang.

Namun, bagaimana bisa kita berharap pada seorang guru yang harus terus berpikir tentang cara bertahan hidup karena gajinya tak cukup untuk kebutuhan dasar? Bagaimana bisa kami, para pendidik, diminta bekerja sepenuh hati, sementara pengakuan terhadap profesi kami seakan selalu menjadi nomor sekian?

Menengok ke Negara Lain: Bukan Soal Kaya, Tapi Prioritas

Mari sejenak menengok ke luar negeri. Australia, Finlandia, dan Jepang memberikan pelajaran penting: bahwa sejahteranya guru bukan hasil dari limpahan uang, tetapi hasil dari keberpihakan politik dan kebijakan negara.

  1. Di Australia, gaji guru pemula bisa mencapai Rp 700 juta per tahun. Dan ya, itu dibiayai negara, bukan iuran masyarakat.
  2. Di Finlandia, hanya 10% pelamar terbaik yang bisa menjadi guru. Mengapa? Karena guru adalah profesi prestisius yang diatur dan dibiayai penuh oleh negara.
  3. Di Jepang, gaji guru tetap dipertahankan tinggi bahkan di masa krisis. Pemerintah paham, menghemat dari guru berarti menabung untuk kehancuran masa depan.

Ketiga negara itu menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat penting, tetapi bukan untuk menutup kewajiban negara.

Indonesia Harus Belajar: Pendidikan Bukan Sekadar Angka

Di Indonesia, kita sering terjebak pada logika “kemampuan anggaran”. Padahal, persoalan gaji guru bukan soal bisa atau tidak, melainkan soal mau atau tidak. APBN kita sudah mengalokasikan 20% untuk pendidikan, tapi berapa persen yang benar-benar sampai ke guru?

Mengharapkan masyarakat berpartisipasi dalam pembiayaan gaji adalah langkah mundur. Itu bukan kolaborasi, tapi justru delegasi tanggung jawab negara kepada rakyatnya.

Kami Tidak Menuntut Lebih, Kami Meminta yang Layak

Sebagai guru, saya tidak minta dipuja. Tidak juga meminta bergaji miliaran. Tapi saya ingin profesi ini dipandang dengan layak, dihargai secara wajar, dan diprioritaskan dalam kebijakan publik.

Kami sudah terbiasa berkorban, mengajar di pelosok, di ruang sempit, dengan sarana terbatas. Tapi jika sampai negara mulai mempertanyakan apakah gaji guru sepenuhnya harus dari APBN, maka kami punya hak untuk khawatir.

Karena hari ini yang dipertanyakan gajinya, besok bisa jadi yang dipertanyakan adalah peran dan keberadaan kami.

Investasi Bangsa Ada di Ruang Kelas

Mari kita ingat: masa depan Indonesia sedang duduk di bangku sekolah hari ini. Jika negara ingin generasi unggul, maka investasi terbaik bukan di gedung megah atau teknologi canggih—melainkan di guru yang berdiri di depan kelas dengan penuh dedikasi.

Partisipasi masyarakat? Tentu, kami terbuka. Tapi bukan untuk menutupi kewajiban negara, melainkan untuk memperkuat ekosistem pendidikan yang berpihak pada masa depan.

🖋️ Dendi Suparman adalah guru sekolah dasar, penggerak komunitas belajar, dan pegiat literasi pendidikan di  sekolahdasar.online