Buku Bahasa Sunda: Menjaga Warisan Budaya di Sekolah - SekolahDasar.Online

Kamis, 14 Agustus 2025

Buku Bahasa Sunda: Menjaga Warisan Budaya di Sekolah

Guru membagikan buku Bahasa Sunda SD kepada murid di kelas, dengan sampul berwarna cerah bergambar anak-anak Sunda.

Pagi itu, di sebuah SD kecil di pinggiran Bandung, Bu Nia datang ke kelas sambil membawa setumpuk buku baru. Sampulnya berwarna cerah, bergambar anak-anak dengan pakaian adat Sunda, lengkap dengan senyum lebar. Di pojok kiri atas, tertulis tegas: Buku Bahasa Sunda SD Kurikulum 2013.

Anak-anak langsung berkerumun di meja guru. “Bu, ini buku pelajaran kita yang baru?” tanya Asep, siswa kelas 3 yang terkenal paling cerewet. Bu Nia mengangguk sambil tersenyum, “Iya, ini buku yang akan membantu kita belajar bahasa kita sendiri—bahasa ibu yang diwariskan dari nenek moyang kita.”

Buku yang Lebih dari Sekadar Pelajaran

Buku Bahasa Sunda SD K13 ini bukan hanya lembaran materi. Di dalamnya, setiap cerita, puisi, dan latihan bicara membawa aroma kampung halaman: cerita tentang sawah, pasar tradisional, permainan anak, hingga petuah leluhur.

Bagi Bu Nia, buku ini adalah alat untuk memastikan anak-anak tidak hanya mengenal bahasa Sunda, tapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya—sopan santun, gotong royong, dan rasa hormat kepada orang tua.

Sumber Gratis yang Membuka Akses

Beberapa tahun lalu, mendapatkan buku pelajaran Bahasa Sunda sering kali jadi kendala. Tidak semua sekolah memiliki anggaran atau distribusi buku yang lancar. Tapi kini, berkat format Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang bisa diunduh gratis, guru-guru seperti Bu Nia bisa mengaksesnya kapan saja.

Cukup membuka situs resmi penyedia, memilih jenjang kelas dari 1 hingga 6, lalu mengunduh versi Buku Siswa dan Buku Guru. Semua bisa dicetak atau dipakai langsung dari gawai.

Bagaimana Buku Ini Digunakan di Kelas?

Bu Nia selalu memulai pelajaran dengan membacakan cerita pendek dari buku, seperti kisah Si Kabayan atau legenda Sangkuriang. Setelah itu, anak-anak diminta mengulang dialognya dengan intonasi yang tepat.

Kadang, ia mengajak mereka keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar, lalu menulis deskripsinya dalam Bahasa Sunda. “Ngaliwet di sawah, main galah asin, atau sekadar ngobrol sama tetangga, itu semua bahan belajar yang ada di buku ini,” ujarnya.

Dampak pada Siswa

Raka, yang awalnya lebih sering berbicara dalam Bahasa Indonesia, kini mulai percaya diri menggunakan Bahasa Sunda di rumah. Bahkan, ia mulai bercerita pada neneknya dengan kata-kata yang membuat sang nenek terharu.

“Buku ini membuat saya merasa dekat dengan cerita yang dulu sering nenek ceritakan,” kata Raka suatu hari. “Sekarang aku mengerti kenapa bahasa kita penting untuk dijaga.”

Menjaga Warisan untuk Masa Depan

Bagi Bu Nia, buku ini bukan sekadar perangkat ajar. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara cerita nenek moyang dan impian anak-anak hari ini.

Dengan adanya buku Bahasa Sunda SD Kurikulum 2013, generasi muda tak hanya belajar membaca dan menulis, tapi juga merawat identitas mereka sebagai orang Sunda.

“Bahasa adalah jiwa budaya,” kata Bu Nia sambil menutup buku di akhir pelajaran. “Dan selama bahasa ini ada di hati kalian, budaya kita akan tetap hidup.”

Comments

mohon sopan dan dewasa
EmoticonEmoticon