SekolahDasar.Online: Artikel
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Agustus 2025

Kado Kemerdekaan: Kisah di Balik Apresiasi Presiden untuk Guru di HUT RI ke-80

Kado HUT RI ke-80 dari Presiden untuk Guru.

Pagi itu di sebuah aula megah di kompleks Kemendikdasmen, suasana begitu tenang sekaligus penuh harapan. Sejumlah guru—dari PAUD hingga sekolah dasar—tampak duduk rapi, berbalut batik dan seragam sekolah, bersiap menyimak pengumuman penting dari panggung utama. Di balik layar, pohon-pohon bendera merah putih seakan menyertai langkah mereka ke sanubari bangsa. Inilah pagi di mana guru-guru Indonesia mendapatkan apresiasi istimewa: “Kado HUT RI ke-80 dari Presiden untuk Guru.”

Langkah pertama dimulai ketika Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, naik ke podium. Dengan nada tenang tapi mantap, beliau menyampaikan: “Presiden Prabowo Subianto memberikan tiga kado istimewa untuk para guru negeri sebagai bentuk afirmasi dan penghargaan terhadap pengabdian mereka.”

Kado Pertama: Insentif untuk Guru Non-ASN

Bayangkan recehan Rp 300.000 per bulan—bagi sebagian orang mungkin kecil, tapi untuk guru honorer yang berjuang dengan honor terbatas, jumlah itu berarti harapan. Kini, selama tujuh bulan, insentif itu akan ditransfer langsung ke rekening mereka—jumlah totalnya mencapai kisaran Rp 2,1 juta per guru. Sebanyak 341.248 guru honorer terdata sebagai penerima manfaat ini.

Kado Kedua: Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk Guru PAUD Nonformal

Yayan Sumiati, guru PAUD di daerah terpencil, tersentak bahagia ketika mendengar kabar ini. Selama ini, ia hanya mengandalkan infak dari wali siswa sejak honor yang didapat sangat terbatas. Kini, dengan Rp 300.000 per bulan selama dua bulan ke depan—disalurkan langsung—dia bisa sedikit lebih ringan menjalani hari-hari mengajar di rumah-rumah sederhana. Ini dirasakan sebagai bentuk kehadiran negara untuk mereka yang selama ini berkontribusi secara diam-diam.

Kado Ketiga: Beasiswa Afirmasi Kualifikasi S-1/D-4

Bagi banyak guru PAUD dan SD yang belum memiliki gelar sarjana, peluang untuk meningkatkan kompetensi kini terbuka lebar. Melalui skema Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), sebanyak 12.500 guru diundang mengikuti program gelar S-1 atau D-4 di 112 perguruan tinggi—dengan total anggaran Rp 37,5 miliar. Sebuah investasi besar dalam kualitas pendidikan jangka panjang.

Atmosfer di Balik Cerita

Seorang guru senior bercerita, “Ketika dengar kabar, rasanya bangga sekaligus terharu. Tidak banyak yang lihat, tapi hati kami terasa diakui negara.” Suaranya tertahan di antara tepuk tangan hadirin.

Di sudut lain, sebagian guru non-ASN di bawah binaan Kemenag menyampaikan perasaan serupa: senang tapi juga menyesal karena belum tercover bantuan ini. Ini menjadi catatan penting agar kebijakan merata menyentuh semua pelaku pendidikan—terlepas dari lembaga induk.

Mengapa Ini Penting?

Kado-kado ini bukan sekadar uang, tapi simbol pengakuan, harapan, dan momentum transformasi pendidikan. Seperti kata Abdul Mu’ti, guru adalah “garda terdepan pendidikan,” dan melalui penghargaan ini, pemerintah menunjukkan bahwa negara hadir—mendukung kompetensi sekaligus kesejahteraan mereka.

Bagi Yayan, bantuan ini memudarkan rasa ketidakpastian ekonomi. “Harapannya sih, bantuan ini bisa terus dilanjutkan dan nominalnya dinaikkan,” tuturnya penuh harap.

Di momentum 17 Agustus yang sarat makna, tidak hanya kemerdekaan yang dirayakan, tetapi juga pengabdian tanpa pamrih para guru. Tiga kado dari Presiden Prabowo bukan hanya apresiasi simbolis—melainkan janji nyata bahwa bangsa ini menghargai mereka yang mencerdaskan generasi penerus. Semoga upaya ini menjadi awal dari gerakan lebih besar untuk memperkuat pendidikan bermutu bagi semua.

 

Jumat, 08 Agustus 2025

Cerita Perjuangan Daftar STAN: Panduan Lengkap untuk Kamu yang Ingin Ikut Jejaknya

Kisah Perjuangan Masuk PKN STAN

Tahun itu, angin pagi terasa lebih dingin dari biasanya. Raka, seorang siswa kelas 12 SMK Akuntansi di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, baru saja selesai salat Subuh. Ia duduk di depan meja belajar yang dipenuhi coretan soal-soal seleksi masuk STAN. Di atas meja, secarik kertas bertuliskan "Tujuan Hidup: Masuk STAN 2025" masih tertempel kuat.

Bukan tanpa alasan Raka begitu gigih. Ia tahu, pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN bukan hanya sekadar kuliah gratis. Lebih dari itu, STAN adalah gerbang masa depan bagi mereka yang ingin mengabdi di dunia keuangan negara—suatu jalur karier yang pasti, bergengsi, dan menjanjikan.

Mengenal STAN: Jalan Menuju Masa Depan Cerah

PKN STAN adalah perguruan tinggi kedinasan di bawah naungan Kementerian Keuangan. Setiap tahun, puluhan ribu lulusan SMA/SMK dari seluruh Indonesia bersaing memperebutkan kursi di kampus ini.

Yang membuat STAN istimewa bukan hanya karena tidak ada biaya kuliah, tapi juga karena lulusannya hampir pasti langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sebuah tawaran yang tak mudah didapat dari kampus manapun.

Syarat Daftar STAN yang Harus Kamu Tahu

Raka memulai perjuangannya dengan membaca berulang-ulang syarat pendaftaran STAN:

  1. Ia harus WNI dan berusia maksimal 21 tahun saat mendaftar.
  2. Nilai rapornya minimal rata-rata 70.
  3. Ia juga harus belum menikah dan bersedia tidak menikah selama pendidikan.
  4. Yang paling penting: ia siap ditempatkan di mana saja setelah lulus.

“Berat, tapi aku sanggup,” pikirnya waktu itu.

Proses Daftar: Perjalanan Dimulai

Langkah pertama yang Raka lakukan adalah membuat akun di portal SSCASN melalui situs dikdin.bkn.go.id. Ia mengisi data diri dengan cermat dan memilih PKN STAN sebagai tujuan.

Setelah itu, ia mulai mengumpulkan berkas: KTP, ijazah, pas foto, nilai rapor, dan dokumen lainnya. Ia juga membayar biaya pendaftaran melalui virtual account yang ditentukan.

“Deg-degan banget saat submit dokumen,” kenangnya. Tapi semua terbayar saat ia berhasil mencetak kartu ujian.

Seleksi yang Ketat: SKD dan Tes Lainnya

Raka tahu perjuangan belum selesai. Ia harus menghadapi beberapa tahap seleksi, seperti:

  • Tes SKD (Seleksi Kompetensi Dasar) yang meliputi Wawasan Kebangsaan, Intelegensi Umum, dan Karakteristik Pribadi.
  • Tes kesehatan dan kebugaran, yang menguji daya tahan tubuhnya.
  • Psikotes dan wawancara, di mana karakter dan motivasinya diuji.

Ia belajar setiap malam, berolahraga secara rutin, dan bergabung dengan komunitas pejuang STAN di media sosial. Ia bahkan membuat simulasi wawancara bersama teman-temannya.

Akhir Cerita yang Baru Dimulai

Hari pengumuman tiba. Dengan tangan gemetar, Raka membuka situs resmi STAN. Dan di sanalah, namanya tertera dalam daftar peserta yang lolos.

Tangisnya pecah. Bukan karena lelah, tapi karena harapan dan kerja kerasnya tak sia-sia.

Kamu Juga Bisa Seperti Raka

Jika kamu, seperti Raka, memiliki impian untuk masuk STAN, jangan tunda persiapanmu. Pelajari syarat-syaratnya, ikuti prosedur dengan teliti, dan latih kemampuanmu sejak sekarang.

STAN bukan hanya soal menjadi mahasiswa, tapi soal menjadi bagian dari sistem yang mengelola keuangan negara. Ini bukan sekadar sekolah, ini misi negara.